Half Day in Hiroshima: Jejak Sejarah, Renungan Hidup, dan Sebuah Doa

Sudah 4 tahun ini, setiap 17-an, gue suka keinget sama perjalanan gue ke Hiroshima di awal musim semi 2017 lalu. Personally, gue memang punya ketertarikan lebih dengan sejarah, khususnya masa Perang Dunia II. Seperti diketahui, peristiwa jatuhnya bom atom yang terjadi di Hiroshima dan Nagasaki 75 tahun lalu merupakan fase akhir dari Perang Dunia II dan gak lama setelah itu Indonesia pun merdeka. Hubungan yang sangat kuat antara kejadian-kejadian tersebutlah yang kemudian membuat gue punya keinginan lebih buat travel ke Hiroshima.

Location: Hiroshima Peace Memorial Park

Pertama kali menginjakkan kaki di Hiroshima, kesan yang gue dapatkan adalah sendu. Entah karena hari itu cuacanya mendung disertai hujan. Entah karena suasananya yang tidak ramai. Entahlah. Yang pasti buat gue, vibe-nya lumayan berbeda dari kota besar di Jepang lainnya yang pernah gue datangi.

Location: Genbaku-Domu Mae Tram Stop

Salah satu destinasi bersejarah yang wajib didatangi saat ke Hiroshima adalah Hiroshima Peace Memorial Park. Di sana terdapat berbagai monumen dan museum yang berhubungan dengan peristiwa jatuhnya bom atom Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Untuk menuju lokasi, gue menggunakan tram yang katanya sudah beroperasi sejak tahun 1910. Fyi, Hiroshima merupakan salah satu dari sedikit kota di Jepang yang masih mempertahankan tram sebagai transportasi umum dalam kota dan ini tentu saja menjadi daya tarik lebih, khususnya bagi wisatawan yang menyukai hal-hal vintage kayak gue.

Atomic Bomb Dome

Sesampainya di Hiroshima Peace Memorial Park, spot pertama yang gue tuju adalah Atomic Bomb Dome, salah satu sisa bangunan yang terkena dampak ledakan bom atom. Bangunan yang dulunya merupakan gedung Promosi Industri Hiroshima ini, memang sengaja dibiarkan atau tidak dibangun kembali. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan kepada generasi berikutnya bahwa perdamaian itu penting dan peperangan dapat membawa dampak yang sangat buruk bagi banyak pihak.

Location: Peace Memorial Museum

Dari situ, kemudian gue berjalan ke arah Peace Memorial Museum. Dengan membayar 200 yen (sekitar 25 ribu rupiah), kita diajak untuk time travel ke detik-detik sebelum terjadinya ledakan, saat kejadian, hingga ke masa setelahnya. Bahkan ada sebuah lorong yang dibuat mirip seperti kondisi saat terjadinya peristiwa tersebut di mana pengunjung dapat mendengar bunyi ledakan hingga teriakan orang-orang yang menjadi korban ledakan.

Children's Peace Monument

Setelah berkeliling selama hampir 2 jam, gue pun memutuskan untuk keluar. Jujur, kepala gue cenat-cenut selama di dalam museum. Banyak hal terlintas di kepala gue. Mulai dari betapa tragisnya kejadian tersebut karena banyak memakan korban jiwa, hingga bagaimana kejadian itu ternyata punya dampak sebaliknya terhadap proses kemerdekaan Indonesia dan tentu saja dengan keberadaan gue di dunia saat ini. Gue sampai mikir, apa ini yang dibilang orang soal perspektif di mana baik atau buruknya itu tergantung dari 5W1H-nya (apa, siapa, kapan, dimana, kenapa, dan bagaimana). Apapun itu, yang pasti perjalanan ini mengajarkan gue satu hal, yaitu there was never a good war or a bad peace.

Flame of Peace

Sebelum pulang, gue mampir sebentar ke Flame of Peace yang berada di depan museum dan berdoa. Semoga para korban menemukan kedamaiannya dan semoga di masa yang akan datang perdamaian dapat tercipta di muka bumi ini. Amin 😇

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Terhalang Pandemi?

Ketika Makan Tak Hanya Sekedar Mengunyah Makanan